Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Spek Proyek RS Muhammad Noer Pamekasan Dipersoalkan, PT Jaya Semanggi Terancam Tak Berlanjut

Avatar
×

Spek Proyek RS Muhammad Noer Pamekasan Dipersoalkan, PT Jaya Semanggi Terancam Tak Berlanjut

Sebarkan artikel ini
Pembangunan RS Muhammad Noer Pamekasan di desa Laden Kecamatan Pamekasan kabupaten Pamekasan. (Foto. Idrus Ali/Risalah).

RISALAH. PAMEKASAN – Pembangunan proyek rumah sakit umum daerah (RSUD) Mohammad Noer Pamekasan tipe B akan dilanjutkan pada tahap dua. Hal tersebut menyusul pekerjaan tahap satu yang sudah selesai dikerjakan terhitung Juli hingga Desember 2023.

Pada tahap pertama, Pekerjaan Mega Proyek RS Muhammad Noer yang berlokasi di Desa Laden Kecamatan Pamekasan kabupaten Pamekasan tersebut dikerjakan oleh PT Jaya Semanggi Enjiniring sebagai pemenang lelang dan PT Jaya Indah sebagai pengawas.

Roni selaku manager proyek pada tahap pertama sekaligus pelaksana dan penanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pembangunan RS Muhammad Noer Pamekasan mengatakan bahwa pihaknya belum bisa memastikan kelanjutan kontrak pekerjaan.

“Untuk tahap 2 kita belum tahu siapa pemenangnya, kita bisa kalah dan belum tentu kita pemenangnya, karena yang namanya lelang itu sudah nasional, semua bisa ikut,” ujarnya. Jumat (19/1/2024).

Baca Juga:  Resmi, Ansari Dilantik Jadi Anggota DPR RI Dapil Madura

Proyek pembangunan RS Muhammad Noer Pamekasan dengan pagu anggaran senilai Rp. 107.794.060.080 bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur.

“Pada tahap pertama ini, anggaran yang kita kerjakan senilai 86 miliar dari pagu 107 miliar, jadi di lelang kita menang dengan penawaran 86 miliar,”kata Roni, saat ditemui di lokasi pekerjaan proyek RS Muhammad Noer Pamekasan.

Baca Juga:  Tersambar Petir. Rumah dan Dapur di Pamekasan Porak Poranda

Diketahui, proyek strategis RS Muhammad Noer Pamekasan tersebut akan berlangsung hingga tiga tahap pekerjaan proyek.

Kendati demikian, seperti yang diberitakan Risalah sebelumnya, pekerjaan proyek pada tahap pertama justru masih menuai banyak evaluasi bahkan tudingan miring dari sejumlah aktivis karena diduga tidak sesuai spek pekerjaan.