PAMEKASAN. Para wali santri Pondok Pesantren Al Fatih, Klampar, Proppo, Pamekasan, Jawa Timur tidak kebingungan membiayai putra-putrinya. Mereka tidak perlu mengeluarkan uang, cukup menitipkan sapinya guna dipelihara oleh Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al Fatih.
Tidak sebatas itu, ketika lima tahun penitipan, wali santri tidak hanya menerima kembali utuh sapinya yang dipelihara pesantren. Mereka juga akan mendapatkan 3 sampai 4 ekor sapi baru sebagai hasil investasi dari penitipan sapi di pesantren.
“Alhamdulillah, Pesantren Al Fatih sudah menyediakan lahan guna dimanfaatkan buat memelihara sapi dari wali santri. Konsekuensi positifnya, kebutuhan makan harian santri dijamin oleh pesantren,” terang Pengasuh Pondok Pesantren Al Fatih, KH Ilzamuddin. Sabtu, (24/04/2021).
Di atas lahan sebelah barat lautnya Pesantren Al Fatih, kini sudah berdiri kandang memadai untuk pemeliharaan 200 sapi tanpa ngarit. Pesantren juga melakukan pembebasan lahan di sebelah timur kandang sapi. Di lahan tersebut saat ini dibuat pengerasan jalan untuk akses kendaraan roda empat pengangkut sapi.
“Pesantren Al Fatih juga memiliki lahan pertanian. Hasil pertanian inilah yang membuat pesantren berdaya; tidak perlu beli beras, jagung, dan sayuran. Semuanya sudah tersedia,” ungkap Kiai Ilzam, panggilan akrab KH Ilzamuddin.
Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Kabupaten Pamekasan itu menambahkan, kotoran sapi yang diternak pesantren nantinya dimanfaatkan buat pupuk organik. Dengan begitu, tidak ada kotoran sapi yang terbuang. Semuanya diolah menjadi pupuk kandang.
“Itulah yang dinamakan pertanian terintegratif. Kami juga menginisiasi penanaman porang, jagung dan rumput gajah. Pupuknya dari kotoran sapi. Limbah pertanian tersebut bisa untuk pakan sapi,” urainya.
Manfaat dari pertanian integratif, tambah Kiai Ilzam, tidak hanya memenuhi kebutuhan makan harian santri. Tidak juga hanya berkaitan dengan investasi para wali santri.
Lebih dari itu, tegas Kiai Ilzam, pertanian integratif menjadikan tanah tidak bergantung pada pupuk kimia. Melalui pemanfaatan pupuk kandang, tanah menjadi subur dan sehat kembali.
“Kita tentu mengakui betapa pupuk kimia membuat tanah rusak, petani juga punya ketergantungan tinggi terhadap pupuk kimia tersebut. Biaya pertanian menjadi membengkak. Pertanian terintegratif membuat petani mandiri, tidak merugi; biaya pertanian mereka juga bisa hemat berlipat-lipat. Pesantren Al Fatih bertekad memberikan teladan kemandirian dan cinta lingkungan hidup lewat pertanian terintegratif,” paparnya.
Langkah-langkah yang ditempuh Kiai Ilzam tersebut, rupanya tidak hanya dilakukan antara Pesantren Al Fatih dengan para wali santri. Namun, Kiai Ilzam berikhtiar kuat pertanian terintegratif juga menjadi tradisi aktif dalam kehidupan warga Nahdliyin.
Karena itulah Kiai Ilzam semangat mengabdi di LPPNU PCNU Pamekasan sebagai ketua. Pada Ahad (18/4) lalu, bertempat di Pesantren Al Fatih, terbentuklah kepengurusan inti LPPNU PCNU Pamekasan.
Pembentukan kepengurusan tersebut dihadiri Pembina LPPNU Habib Amin dan Penasehat LPPNU Kiai Asir yang sekaligus Rektor Universitas Islam Madura. Setelah Kiai Ilzam memberikan penjelasan, para pengurus sepakat dan semangat untuk membumikan pertanian terintegratif.
“Pertanian terintegratif ini, gampangnya ialah antara peternakan dengan pertanian dikolaborasikan. Kotoran hewan yang kita pelihara, dimanfaatkan buat pupuk tanaman. Tanaman yang tumbuh subur, daunnya untuk pakan sapi,” tegasnya.
Usai pembentukan kepengurusan inti LPPNU PCNU Pamekasan, Habib Amin mengajak hadirin untuk bersyukur. Sebab, diberi kesempatan oleh Allah guna diakui sebagai santrinya pendiri NU, Mbah Hasyim Asy’ari.
“Alhamdulillah kita jadi pengurus NU. Insya Allah secara otomatis diakui sebagai santrinya Mbah Hasyim. Setiap santri beliau, oleh Mbah Hasyim didoakan meninggal dalam keadaan husnul khotimah beserta anak-cucunya,” tegas Habib Amin.
Sementara itu, Kiai Asir mendorong agar Pengurus LPPNU saat ini bergerak aktif menyeriusi keberadaan kelompok tani (poktan) dari kalangam nahdliyin. Mereka menjadi tanggung jawab LPPNU.
“Pemerintah memang tidak punya klasifikasi khusus poktan NU. Tapi, setidaknya LPPNU memvalidkan data poktan mana saja yang dikelola oleh warga NU,” tegas Kiai Asir.
Data base poktan nahdliyin, tegas Kiai Asir, harus dimiliki oleh LPPNU Kabupaten Pamekasan. Harapannya, ketika LPPNU mengadakan pemberdayaan pertanian, bisa tepat sasaran.
“Dengan begitu, LPPNU ini betul-betul dirasakan manfaatnya oleh kalangan Nahdliyin di bawah. Selamat dan semangat mengabdi,” tukasnya.