Scroll untuk baca artikel
KesehatanNewsPesantren dan PendidikanPolitikSosial

Potret kehidupan Petani dalam Puisi Abdul Hadi W. M

Avatar
×

Potret kehidupan Petani dalam Puisi Abdul Hadi W. M

Sebarkan artikel ini
Foto ilustrasi.

RISALAH. PUISI – Nyanyian seorang petani

Berilah kiranya yang terbaik bagiku

Tanah berlumpur dan kerbau Pilihan

Biji padi yang manis

Berilah kiranya yang terbaik

Air mengalir

Hujan menyerbu tanah air

Bila masanya buahnya kupetik

Ranumnya kupetik

Rakhmatmu kuraih

Abdul Hadi W. M

Dalam mengapresiasi Puisi “nyanyian seorang petani” Karya abdul hadi w.m penulis akan menggunakan pendekatan mimesis, pendekatan mimesis merupakan  pendekatan yang memandang karya sastra sebagai hasil ciptaan manusia yang ditulis berdasarkan bahan-bahan yang diangkat dari semesta (pengalaman hidup penulis atau hasil penghayatan penulis terhadap kehidupan disekitarnya).

Puisi “nyanyian seorang petani” karya Abdul Hadi W.M.  Merupakan  karya yang menceritakan tentang kesederhanaan hidup dengan menggunakan kata-kata yang sederhana, namun mempunyai arti yang luas, seperti rasa syukur yang  mendalam atas nikmat yang Tuhan anugerahkan .

Nyanyian  seorang petani sering kali berkaitan dengan keadaan alam sekitar, Seperti waktu menanam dan panen. Iniseperti menggambarkan bagaimana  petani berinteraksi dengan lingkungannya serta bagaimana mereka mengungkapkan perasaan tentang kehidupan mereka, seperti perjuangan dan harapan. Kita bisa melihat beberapa hal penting yang mewakili kehidupan sehari-hari seorang petani, seperti menanam, merawat tanaman, dan juga memanen. Hal ini sangat jelas menunjukkan kerja keras  yang sangat dibutuhkan dalam bertani, juga tantang yang sering dihadapi seperti cuaca dan hama yang tidak dapat diprediksi.

Baris pertama “Berilah kiranya yang terbaik bagiku” Baris  puisi ini mencerminkan keinginan manusia untuk mencapai sesuatu yang terbaik dalam hidup. Permintaan ini menggambarkan keadaan psikologis seseorang yang merasa perlu mengharapkan atau mencari bantuan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik sekaligus mengingatkan kita akan ketergantungan kita pada sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri. Seruan ini juga menyoroti keberagaman cita-cita manusia yang dipengaruhi oleh latar belakang dan pengalaman hidup setiap individu.

Baca Juga:  Perhutani Jombang Bagikan Bibit Tanaman

Tanah berlumpur dan kerbau pilihan” Baris ini mewakili kondisi alam dan kehidupan para petani. Tanah berlumpur sering dikaitkan dengan musim hujan, yaitu saat tanah menjadi basah dan subur. Hal ini mencerminkan ketergantungan yang kuat dari proses pertanian pada kondisi cuaca. Simbol Kerbau pada Kehidupan petani Hewan yang biasa dipakai pada bidang pertanian, kerbau melambangkan kekuatan, kerja keras, & ketergantungan petani pada alam. Di beberapa kebudayaan, kerbau dipercaya menjadi simbol kemakmuran dan kesuksesan pertanian.

Makna puisi baris  ketiga Biji padi yang manis’’ dengan pendekatan mimesis Baris ini dapat diartikan sebagai hasil pertanian khususnya biji padi yang menjadi sumber pangan utama bagi  masyarakat . Padi yang digambarkan manis’’ tidak hanya melambangkan rasa, tetapi juga melambangkan hasil  dan kualitas yang juga melambangkan kebahagiaan dan kepuasan.

Berilah kiranya yang terbaikmencerminkan keinginan manusia untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya, bisa juga diartikan sebagai permohonan kepada alam atau kekuatan yang lebih tinggi untuk memberikan yang terbaik, baik dalam segi materi maupun pengalaman.

“Air mengalir” merupakan proses alam yang terus berlangsung. Air yang mengalir dapat diartikan sebagai simbol dari perubahan . Dalam pendekatan mimesis, baris ini mencerminkan bahwa kehidupan itu sendiri adalah sebuah aliran yang tidak terputus, di mana setiap individu terlibat dalam perjalanan yang penuh dengan perubahan dan tantangan. Bahkan ketika kita berharap yang terbaik, kehidupan tetap mengalir dengan cara yang tidak selalu sesuai dengan harapan kita.

Baca Juga:  Selamat! Kasi Propam Polres Pamekasan Naik Pangkat dari AKP ke Kompol

Pada baris puisi “Hujan menyerbu tanah air” menggunakan pendekatan mimesis untuk menggambarkan kesan  hujan yang turun dengan derasnya serta dampak  perubahan besar pada lingkungan. keadaan alam dan dampaknya terhadap kehidupan manusia juga memberikan gambaran yang kaya tentang bagaimana fenomena alam dapat mencerminkan kondisi sosial dan emosional masyarakat, serta tantangan yang harus dihadapi dalam menghadapi perubahan.

Baris puisi “bila masanya buahnya kupetik”, merupakan   Simbolisme Waktu  bahwa setiap hal mempunyai masa yangsempurna untuk terjadi. Baris ini  diartikan mengenai pengalaman manusia yang sering kali harus bersabar dan menunggu yang melibatkan usaha dan kesabaran sehingga  mendapatkan kesempatan yang sempurna buat meraih apa yang diinginkan.

Pada baris puisi “ Ranumnya kupetik “  Pada kata “Ranumnya” menggambarkan kondisi kematangan dari sesuatu yang berharga dalam hal ini, buah. Kematangan ini merupakan hasil dari proses yang telah dilalui, baik dalam konteks kehidupan maupun usaha. Ini mencerminkan realitas bahwa setiap pencapaian memerlukan waktu dan usaha untuk mencapai titik di mana hasil tersebut siap untuk dipanen. “Kupetik” menunjukkan tindakan mengambil atau meraih hasil yang telah matang. Seperti pengalaman manusia dalam menunggu dan berusaha hingga saat yang tepat untuk mengambil kesempatan.  Dalam kehidupan, kita sering kali harus menunggu hingga segala sesuatunya siap sebelum kita dapat meraih apa yang kita inginkan. Ini mencerminkan realitas bahwa keberhasilan tidak datang secara instan, tetapi melalui proses yang panjang dan penuh kesabaran.

Baca Juga:  Didepan Kepala Disperindag Pamekasan, Pedagang Pasar Kolpajung Terang-terangan Diminta 20 Juta untuk 2 Kios

Rakhmatmu kuraih ” pada baris terakhir ini merujuk pada  berkah yang diharapkan dari Tuhan serta menunjukkan tindakan menggapai. Pada baris ini tentunya menggambarkan keinginan manusia untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri, yaitu dukungan atau anugerah dari kekuatan yang lebih tinggi. Ini dapat mencerminkan pada realita bahwa manusia sering kali merasa membutuhkan bantuan dalam perjalanan hidup mereka, terutama dalam menghadapi tantangan dan kesulitan. Dalam pendekatan mimesis, tindakan ini mencerminkan pengalaman nyata di mana individu berusaha untuk mendapatkan berkah atau hasil yang baik dalam hidup mereka.

Secara keseluruhan, puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang kehidupan seorang petani yang penuh dengan harapan, kerja keras, dan ketergantungan pada alam serta kekuatan yang lebih tinggi.

Melalui pendekatan mimesis, puisi ini tidak hanya menggambarkan proses pertanian, tetapi juga mencerminkan pengalaman universal manusia dalam mencari makna dan keberkahan dalam hidup. Ini menjadi cerminan dari perjalanan hidup yang penuh tantangan dan harapan, serta hubungan yang erat antara manusia dan alam.

Penulis: Abdiyatus sholehah
mahasiswa Universitas Madura
Prodi pendidikan Bahasa Indonesia